Mitos Penguasa Lautan Dari Seluruh Dunia



 Keindahan pantai dan laut selalu menyimpan sesuatu yang berbau mistis di dalamnya. Sebagian besar orang percaya dan menganggap hal tersebut adalah sesuatu yang perlu di sakralkan. Mereka juga percaya mengenai adanya mitos tentang lautan yang memiliki penguasa yang memiliki kendali terhadap segala hal yang terjadi di lautan. Berbagai macam cerita telah tersebar dan diketahui oleh masyarakat di seluruh dunia. Jadi ada yang merasa bahwa saat mereka akan berkunjung ke pantai, mereka harus menjaga diri dan perkataan agar tidak dianggap mengganggu penguasa lautan dan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.


Setiap daerah memiliki kepercayaan yang berbeda akan sosok dari penguasa laut tersebut. begitu juga dengan kisah-kisahnya, legenda, serta keyakinan mereka atas mitos yang menurut mereka banyak benarnya atas pengalaman seseorang dan berdasarkan cerita-cerita yang tersebar di masyarakat. Seperti misalnya, ada mitos jika sedang berkunjung ke pantai, seseorang tidak diperkenankan untuk mengenakan pakaian berwarna hijau atau warna lain yang menjadi mitos. Kalau dilanggar, seseorang tersebut nantinya akan mendapat malapetaka. Sehingga mereka mendapatkan musibah yang akan menimpa dirinya sendiri, atau bahkan keluarganya. Kali ini akan dibahas mengenai penguasa lautan di seluruh dunia bersama mitos-mitosnya. Percaya atau tidak, inilah daftar mitos penguasa lautan dari seluruh dunia;

** Legenda Putri Junjung Buih **




Puteri Junjung Buih atau Poetrie Djoendjoeng Boeih atau Poetri Djoendjoeng Boewih adalah seorang Raja Puteri dari Kerajaan Negara Dipa menurut Hikayat Banjar. Puteri ini berasal dari unsur etnis Pribumi Kalimantan. Kerajaan-kerajaan di Kalimantan biasanya mengaku sebagai keturunan dari puteri pribumi ini. Puteri Junjung Buih merupakan anak dari Ngabehi Hileer dan merupakan saudara angkat Lambung Mangkurat yang diperolehnya ketika "balampah" (Bahasa Banjar : bertapa) yang muncul sebagai wanita dewasa dari dalam buih di sungai. Raja puteri ini kemudian menikah dengan Pangeran Suryanata dari Majapahit. 

Salah seorang anak mereka yaitu Pangeran Aria Dewangga menikah dengan Putri Kabuwaringin, puteri dari Lambung Mangkurat (unsur pendiri negeri), kemudian mereka berdualah yang menurunkan raja-raja dari Kerajaan Negara Dipa. Kerajaan Negara Daha hingga Kesultanan Banjar dan Kepangeranan Kabuwaringin.

Menurut Mitologi Rakyat pesisir Kalimantan seorang raja haruslah keturunan Raja Puteri ini sehingga raja-raja Kalimantan mengaku sebagai keturunan Puteri Junjung Buih. Beberapa kerajaan di Kalimantan Barat juga mengaku sebagai keturunan Puteri Junjung Buih.

Dalam tradisi Kerajaan Kutai, Putri Junjung Buih/Putri Junjung Buyah merupakan isteri kedua dari Aji Batara Agung Dewa Sakti Raja Kutai Kartanegara ke-1.
Menurut Drg Marthin Bayer, Puteri Junjung Buih adalah sama dengan Kameloh Putak Janjulen Karangan yang dikenal dalammasyarakat Dayak. Puteri Lela Menchanai yang berasal dari Jawa (tahun 1524), adalah permaisuri Sultan Bolkiah dari Brunei menurut legenda suku kedayan dipercaya berasal dari buih lautan (mirip cerita Putri Junjung Buih yang keluar dari buih di sungai).

Dalam perang banjar, salah seorang puteri dari Panembahan Muda Aling yang bernama Saranti diberi gelar Poetri Djoendjoeng Boewih.



Di Kalimantan Selatan, terdapat cerita rakyat yang dikisahkan secara turun temurun mengenai adanya legenda Puteri Junjung Buih yang dipercaya sebagai penguasa lautan. Dahulu, terdapat sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Amuntai dan diperintah oleh dua orang bersaudara. Mereka adalah Parmaraga, sebagai raja pertama yang lebih tua dan adiknya, Sukmaraga yang merupakan raja kedua. Sayangnya, mereka sama-sama belum memiliki keturunan. 

Sukmaraga dan istrinya yang paling menginginkan untuk segera mendapatan keturunan, sehingga ia dan istrinya setiap malam selalu berdoa kepada dewa agar segera diberikan keturunan. Sukmaraga kemudian pergi untuk melakukan pertapaan di sebuah pulau di dekat Kota Banjarmasin. Sahabat anehdidunia.com setelah itu ia mendapat wangsit agar istrinya memakan bunga Kastuba.


Akhirnya istrinya pun hamil dan mereka mendapatkan anak kembar. Parmaraga pun juga ingin memiliki anak dan ia berdoa pada para dewa agar ia diberi keturunan. Setelah itu, ia juga mendapatkan wangsit untuk pergi bertapa ke Candi Agung yang terletak di luar Kota Amuntai. Setelah itu ia segera pulang, dan dalam perjalanannya ia menemukan seorang bayi perempuan yang terapung di sebuah sungai diatas segumpalan buih. Ia kemudian mengambil dan menjadikan bayi tersebut anaknya dan diberi nama Puteri Junjung Buih. Saat diangkat, Parmaraga terkejut karena ternyata ia sudah bisa berbicara dan meminta untuk ditenunkan selembar kain dan selimut yang harus diselesaikan dalam waktu setengah hari. 

Karena dianggap bayi yang tidak biasa dan dipercaya memiliki kekuatan khusus, menurut mitosnya ia kemudian dipercaya sebagai puteri penguasa lautan. Bahkan kehadirannya dikaitkan dengan tragedi hilangnya pesawat Air Asia di Selat Karimata.

** Kraken **

 


Kraken (/ kreɪkən / atau / krɑ ː kən /) adalah monster laut legendaris ukuran raksasa konon berdiam di lepas pantai Norwegia dan Greenland. Legenda mungkin berasal dari penampakan cumi-cumi raksasa yang diperkirakan tumbuh 13-15 m (40-50 kaki) panjang, termasuk tentakel Ukuran tipis dan menakutkan penampilan ini dikaitkan dengan kraken.

Abad ke-13 Old Islandia saga Örvar-Odds saga bercerita tentang dua monster laut besar yang disebut Hafgufa ("sea mist") dan Lyngbakr ("heather-back"). The hafgufa diyakini sebuah referensi untuk kraken:

Sekarang saya akan memberitahu Anda bahwa ada dua laut monster. Salah satu disebut hafgufa (laut-kabut), lyngbakr lain (heather-back). Ikan paus merupakan yang terbesar dari segala sesuatu di dunia, tetapi hafgufa adalah rakasa terbesar terjadi di dalam air.Monster ini bersifat menelan apa saja yang lewat diatasnya, baik manusia kapal bahkan ikan paus lainya yang dapat dijangkaupun dapat dimakan olehnya. Bisa saja ketika ada kapal berlayar melewati monster ini yang terlihat hanya seperti pulau karena saking besarnya.

Setelah kembali dari Greenland, penulis anonim dari Old Norwegia karya ilmiah Konungs skuggsjá (sekitar 1250) dijelaskan secara rinci karakteristik fisik dan perilaku makan binatang ini. Narator diusulkan ada hanya harus dua yang ada, berasal dari pengamatan bahwa binatang selalu terlihat di bagian yang sama dari Laut Greenland, dan bahwa setiap tampaknya tidak mampu reproduksi, karena tidak ada peningkatan jumlah dari mereka.

Carolus Linnaeus mengklasifikasikan kraken sebagai Cephalopoda, menunjuk nama ilmiah Microcosmus marinus dalam edisi pertama Systema Naturae nya (1735), klasifikasi taksonomi organisme hidup. Makhluk itu dikeluarkan dari edisi selanjutnya. karya Linnaeus kemudian, Fauna Suecica (1746) menyebut makhluk singulare monstrum, "sebuah rakasa yang unik", dan mengatakan itu Habitare fertur di mari Norwegico, IPSE non dum hewan vidi , "Hal ini dikatakan menghuni lautan Norwegia, tapi saya belum melihat hewan ini.

Kraken juga luas dijelaskan oleh Erik Pontoppidan , uskup Bergen, dalam Det Forste Forsorg paa Norges Naturlige Historie " Sejarah Alam Norwegia " ( Kopenhagen , 1752-3 ). Pontoppidan membuat beberapa klaim tentang kraken , termasuk gagasan bahwa makhluk itu kadang-kadang terlihat seperti sebuah pulau dan bahwa bahaya nyata bagi pelaut bukan makhluk itu sendiri melainkan pusaran air yang tersisa di belakangnya. Namun , Pontoppidan juga menggambarkan potensi merusak binatang raksasa : " dikatakan bahwa jika [ lengan makhluk itu ] adalah untuk menyeret manusia dari perang , mereka akan menariknya turun ke bawah "  Menurut Pontoppidan , nelayan Norwegia . sering mengambil risiko mencoba ikan di atas kraken , karena menangkap begitu banyak (maka berkata " Anda harus memiliki memancing di Kraken ". Pontoppidan juga mengusulkan bahwa spesimen rakasa, "mungkin yang muda dan ceroboh " , itu terdampar dan meninggal di Alstahaug tahun 1680. Pada 1755 , deskripsi Pontoppidan tentang kraken telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

Dalam sebuah mitologi Yunani, Kraken adalah sebuah makhluk yang ganas dengan bentuknya yang mengerikan. Ia tinggal di sebuah lautan dan bentuknya dipercaya hampir mirip dengan cumi-cumi atau gurita, tetapi ukurannya sangat jauh berbeda karena Kraken ini berukuran sangat besar seperti raksasa. Mitosnya, Kraken ini sering menyerang mangsanya seperti kapal yang sedang melintas di tengah lautan dengan cara menggulungnya dengan tentakel raksasa yang dimilikinya, dan kemudian diseret ke dasar lautan. Kraken dipercaya menghuni lautan di Islandia dan Norwegia.


Penyelidikan pada tahun 1801 yang dipimpin oleh Pierre Denys de Montfort di St.Malo, Brittany, Perancis ini bertujuan untuk mencari kebenaran dan melakukan penelusuran akan keberadaan dari Krakin ini. Mereka kemudian menemukan sebuah lukisan syang menggambarkan seekor gurita raksasa yang sedang menggulung sebuah kapal dengan tentakelnya, dan ternyata itu adalah isah nyata. Sahabat anehdidunia.com kejadian lain terjadi pada tanggal 30 November 1861 yang menimpa kapal Alencton yang sedang berlayar di Kepulauan Canary. Banyak awak kapal yang menyaksikan seekor monster yang terlihat akan menyerang. Mereka menyiapkan meriam dan mortir untuk ditembakkan, dan menghujamkan garpu-garpu besi ke tubuh monster tersebut dan melemparkan jaring. Tapi ternyata, tubuh Kraken hancur dan yang tersisa di dalam jaringnya hanyalah bagian dari tentakelnya saja.

** The Flying Dutchman **

a small tattered sailing vessel on misty broiling seas with occupants looking up at a huge ghostly ship bearing down on them


Menurut mitosnya, Flying Dutchman adalah sebuah kapal hantu yang dipercaya tidak akan bisa berlabuh. Mereka harus mengarungi tujuh lautan selamanya. Banyak versi dari cerita mengenai benar atau tidaknya kehadiran Flying Dutchman ini, tetapi yang jelas legenda ini berasal dari Belanda. Tetapi Inggris juga meng-klaim bahwa legenda Flying Dutchman berasal dari negaranya. Awalnya pada abad ke-17, seorang kapten asal Belanda yang bernama Bernard Fokke akan mengarungi samudera dari Belanda menuju ke Pulau Jawa. Mitosnya kapal yang dipimpin oleh Kapten Bernard Fokke ini memiliki kecepatan yang luar biasa dan ada yang percaya bahwa mereka telah meminta bantuan dan bersekutu dengan iblis. Kapten Bernard Fokke tetap berusaha untuk melanjutkan perjalanan saat cuaca memburuk dan sempat membuat kapal oleng di tengah-tengah pelayaran menuju Tanjung Harapan. Permintaan para awak kapal untuk menghentikan kapal secara sementara tidak dituruti. Setelah itu kapal mereka dihantam oleh badai dan dipercaya telah dikutuk agar mereka terus berada di laut  lepas selamanya.


Ada yang mengatakan itu adalah sekunar spektral yang terlihat di bawah layar penuh, terkadang di kejauhan, kadang di malam hari atau melalui kabut, terkadang meluncur di atas air; Layarnya mungkin robek ke pita, atau mungkin akan membuat kemajuan besar meski karena angin kencang. Ada yang mengatakan bahwa orang Belanda itu menunjuk pada kapten kapal, seorang pria yang dikutuk untuk berlayar di laut selamanya dan tidak pernah menghasilkan tanah. Ada yang bilang kapten dan kapalnya ditakdirkan untuk selamanya mencoba mengitari tanjung badai, tidak pernah berhasil dan selalu dipukul mundur oleh angin dan omelan yang melolong. Tapi apa pun yang spesifik dari legenda, Flying Dutchman telah menjadi andalan pengetahuan bahari.

Dengan cerita yang begitu terkenal, nampaknya layak untuk melihat apakah itu tumbuh dari beberapa benih fakta. Referensi kepada Flying Dutchman telah ada selama lebih dari dua abad, dan kapal layar membajak air asin selama berabad-abad sebelumnya; jadi nampaknya kepastian praktis bahwa kita harus bisa memakukan dengan tepat apa yang memicu cerita. Tempat yang baik untuk memulai adalah iterasi yang paling terkenal dalam budaya pop. Di Wagner's 1840 opera Der Fliegende Holländer, bukan kapal yang diberi nama Flying Dutchman, namun mengacu pada kapten kapal hantu tersebut.

Orang Belanda, yang tidak disebutkan namanya di opera, memerintahkan sebuah kapal dengan hanya awak spektral. Dia membuat pelabuhan dalam badai di Norwegia, dan bergulat dengan kapal Kapten Daland. Orang Belanda itu mengungkapkan kepada kapten bahwa bertahun-tahun yang lalu, saya membuat sebuah kutukan saat badai, bersumpah kepada Setan bahwa dia akan mengelilingi Tanjung Harapan meskipun dia harus terus berusaha sampai hari kiamat. Setan membawanya ke dalam firman-Nya, dan mengutuknya agar tidak dapat membuat pelabuhan sampai dia menemukan seorang wanita yang akan mencintainya sampai dia meninggal. Untungnya, kapten itu memiliki seorang putri nubile, Senta, yang, setelah mendengar penderitaan orang Belanda yang mengerikan itu, jatuh cinta padanya. Tapi pelamar lain, pemburu berotot dan tampan Erik, mengingatkan Senta bahwa dia pernah berjanji pada dirinya sendiri. Ketika orang Belanda mendengar ini, dia menganggap dia hilang selamanya dan melepaskan diri dengan kru hantu. Tapi cinta Senta itu benar, dan saat melihat orang Belanda itu berlayar menjauh, dia melemparkan dirinya ke laut dan tenggelam. Dengan syarat kutukan yang dipenuhi, orang Belanda dan kapalnya terlihat naik ke surga (sehingga menjadi "terbang" orang Belanda), di mana dia akhirnya bisa beristirahat.

Menariknya, Tanjung Harapan bukanlah tanjung terkenal karena lautnya yang penuh badai; Itulah Tanjung Horn, di ujung selatan Amerika Selatan. Tanjung Harapan adalah ujung semenanjung yang menjejak selatan dari Cape Town, Afrika Selatan, dan berjarak sekitar 150 kilometer barat-barat laut dari ujung selatan Afrika yang benar, Cape Agulhas.

Kapal ini dikenal karena banyaknya penampilan hantu; muncul dari kegelapan atau kabut dan kemudian lenyap, sering kali mengerikan para pelaut yang menyaksikannya. Poin menarik yang dimiliki oleh begitu banyak buku dan artikel yang ditulis tentang Flying Dutchman adalah bahwa mereka semua mencantumkan setengah lusin terkenal penampakan kapal tersebut; Tapi laporan-laporan ini sangat mengerikan, karena dalam satu kasus tidak ada alasan bagi saksi untuk mengidentifikasi kapal tersebut sebagai kapal induk Belanda yang terkenal itu. Mereka melihat, atau percaya bahwa mereka melihat, kapal kayu tak dikenal yang sedang berlayar. Mari kita lihat beberapa di antaranya:

    Pada tahun 1881, Raja George V dari Inggris Raya adalah seorang midshipman di atas kapal H.M.S. Bacchante, ketika dia melaporkan dengan jelas bahwa sebuah kapal yang dia identifikasi sebagai Flying Dutchman telah menyeberangi busur mereka. Tiga belas orang di Bacchante dan dua kapal lainnya melihatnya, dan tetap ada dalam publikasi resmi Admiralty di The Cruise of H.M.S. Bacchante.

    Pada tahun 1942, liturgi Nazi Karl Dönitz, pada waktu itu komandan senior pasukan U-boat, dilaporkan mengatakan bahwa "beberapa awak kapal U-boatnya mengklaim bahwa mereka telah melihat Flying Dutchman selama tur tugas mereka di timur Suez. "

    Pada tahun 1939, puluhan orang di Glencairn Beach di Cape Town melaporkan bahwa melihat orang Belanda Terbang itu melaju ke pantai dengan berlayar penuh, hanya untuk menghilang sesaat sebelum bencana.

    Penjaga Mercusuar di Mercusuar Cape Point dikatakan telah sering melihat Flying Dutchman saat badai.

    Pada tahun 1835, sebuah kapal Inggris mengalami tabrakan dengan Flying Dutchman, mendekati pada malam hari di bawah layar penuh dalam badai, namun akhirnya lenyap pada saat terakhir.

    Dan seterusnya, dan seterusnya.

Kapal-kapal tinggi tetap umum di seluruh dunia, dan sejak saat itu mereka pertama-tama turun ke air. Bahkan Navita paling modern pun mempertahankan kapal bertali bundar multi masted untuk tujuan pelatihan, seperti Christian Radich dari Norwegia, AmericanCafe Eagle, dan Nippon Maru II dari Jepang. Oman bahkan meluncurkan tiga kapal masted square yang baru dicap, pada tahun 2014. Kombinasikan ini dengan ratusan kapal berlipat ganda lainnya yang mengapung dan di lautan di seluruh dunia, dan sangat mungkin untuk pergi keluar hari ini dan melihat apa yang mungkin Anda pikirkan sebagai Flying Dutchman.

Jadi untuk mempersempitnya, mari kita bekerja mundur dari potongan 1840 Wagner, untuk dapat melihat bahan sumber apa yang tersedia untuk dia dapatkan. Banyak peneliti telah menyisir literatur, dan dua identifikasi umum terjadi: dua kapten laut Belanda, Bernard Fokke dan Hendrik Van der Decken, sering diberikan sebagai Flying Dutchman. Jadi mari kita kembali ke sumber aslinya: pertama kali kata-kata Flying Dutchman digunakan dalam cetakan, mengacu pada kapal atau kaptennya. Pada tahun 1790, pencuri kecil Irlandia George Barrington dikirim ke Australia atas kejahatannya. Setelah mendapatkan kebebasannya beberapa tahun kemudian, dia menerbitkan buku 1795 A Voyage to New South Wales, di mana dia menceritakan kisah dua kapal Belanda, yang salah satunya tenggelam dalam badai di Tanjung Harapan dengan hilangnya semua tangan. Kapal lain kembali dengan selamat ke Inggris, namun pada perjalanan berikutnya mengikuti rute yang sama, sebuah badai muncul lagi dan mereka melihat kapal pendamping mereka terdahulu untuk sesaat. Barrington tidak memberikan nama kapal atau kurma, namun mengatakan bahwa para pelaut sejak saat itu selalu menyebut kapal hantu itu sebagai Flying Dutchman. Sejauh yang ada orang tahu, ini adalah pertama kalinya nama itu digunakan di cetak.

Bernard Fokke adalah sosok yang sebenarnya dari sejarah. Dia adalah seorang kapten laut Belanda yang dipekerjakan oleh Dutch East India Company, yang terkenal dengan transitnya yang cepat antara Republik Belanda dan Jawa, sebuah rute yang berada di bawah Tanjung Harapan. Fokke diyakini telah menggunakan besi tempel bukan kayu, yang memungkinkannya tetap berada di bawah layar penuh saat kapal dengan meter kayu yang lebih lemah pasti bisa terumbu karang. Ia lahir pada tahun 1600, namun waktu tercepatnya untuk melakukan perjalanan adalah pada tahun 1678, menunjukkan karir yang sangat panjang. Dia dikatakan telah hilang di laut, namun informasi biografi yang tidak mencukupi tetap ada dan kita tidak tahu persis kapan atau di mana. Buku-buku tentang legenda bahari sering mengatakan bahwa dia adalah orang yang tenggelam saat pembalutan Cape of Good Hope yang penuh badai, tapi sepertinya tidak ada catatan yang mengkonfirmasikan hal ini, tentu saja tidak ada catatan tentang sumpah yang mungkin telah dia sumpah sebelum tenggelam, dan tidak ada catatan tentang dia. pernah disebut sebagai "Flying Dutchman" selama masa hidupnya. Bagaimanapun, dia meninggal satu abad penuh sebelum Barrington pertama kali menggunakan ungkapan yang dicetak, jadi nampaknya hampir pasti bahwa identifikasi Fokke sebagai Flying Dutchman adalah hubungan yang dibuat hanya oleh pendongeng kemudian. Tapi itu bukan koneksi yang buruk; Jika Anda mencari kapten laut jahat yang dikenal merobeknya di bawah layar penuh saat kapal lain dikuadratkan, Fokke membuat makanan ternak yang sempurna untuk fiksi Anda.

Seorang kontemporer dari Fokke adalah Hendrik Van der Decken, kapten East India Company Belanda lainnya, yang sekarang diketahui hanya telah hilang di laut pada tahun 1641. Beberapa sumber menyebutkan 1680, namun catatan tentang Cape Colony East India Company di Afrika bagian selatan, yang didirikan tahun 1652, tidak disebutkan namanya; jadi 1641 adalah tanggal yang lebih tepat. Tidak diketahui kemana dia tenggelam, hanya saja di antara Republik Belanda dan Asia. Banyak kapten hilang di laut pada masa itu; tapi Van der Decken diingat karena novelis Inggris Frederick Marryat (seorang kapten laut) menulis sebuah novel pada tahun 1839 berjudul The Phantom Ship dan menamai kapten fiktifnya Philip Vanderdecken. Kisah tersebut melibatkan pertemuan dengan kapal Flying Dutchman hantu, dan menurut pelaut berusia di atas kapal, kapal ini juga dikepalai oleh seorang Vanderdecken, sehingga tidak beruntung untuk berlayar dengan Philip. Tapi ini adalah novel petualangan fiksi murni, yang ditulis hampir setengah abad setelah penulis lain mengenalkan istilah Flying Dutchman, jadi tidak dapat dianggap sebagai otoritas historis.

Jadi untuk membungkus semuanya, mari kita lihat garis waktu dari apa yang kita ketahui dengan pasti.

    1641: Kapten laut Hendrik Van der Decken tersesat di laut dalam keadaan hilang dalam sejarah.

    1678: Bernard Fokke melakukan transit tercepat untuk Perusahaan Hindia Timur Belanda, yang mungkin mendapatkan julukan.

    1795: Penulis George Barrington pertama kali menulis tentang sebuah kapal hantu yang disebut oleh pelaut sebagai Flying Dutchman.

    1839: Penulis Frederick Marryat menulis sebuah novel yang sangat tertarik pada tema kapal hantu dan kapten terkutuk bernama Vanderdecken.

    1840: Wagner menyusun Der Fliegende Holländer, yang menjamin bahwa ide Flying Dutchman selamanya akan menjadi tema yang populer.

Sekarang, ada banyak buku lain selain karya Marryat dan penulis lainnya dalam permainan (Washington Irving, Sir Walter Scott, dan banyak lainnya), dan catatan saksi mata yang tak terhitung jumlahnya sekitar saat buku Marryat dan sejak saat itu; namun kesenjangan terbesar dan paling mencurigakan dalam timeline itu adalah 100+ tahun antara Captain Bernard Fokke dan catatan pertama Barrington tentang istilah Flying Dutchman. Pada saat dia menulisnya, 1795, Perusahaan Hindia Timur Belanda baru saja tutup, mengalami penurunan selama setengah abad terakhir. Namun, selama 200 tahun pelaut di perusahaan itu memiliki rute perdagangan yang sama antara Asia dan Republik Belanda, jumlah tak terhitung jumlah cerita dan tradisi pasti muncul. Tanpa diragukan lagi, kita tidak akan pernah tahu apakah kisah Flying Dutchman merujuk pada Fokke, Van der Decken, atau ke kapal, atau beberapa kapten laut lain yang hilang dalam sejarah waktu. Kapal-kapal berlayar dan tenggelam, kapten hidup dan mati, dan anjing-anjing laut tua menceritakan kisah-kisah yang tidak menyenangkan dan menyanyikan koper mereka kepada anggota baru yang baru. Jadi, juga bagi Anda juga, jika Anda pernah menemukan diri Anda berada di laut pada malam yang gelap dan penuh badai.


** Tian Shang Sheng Mu (Ma Zu) **


Tian Shang Sheng Mu (h:天上聖母; p=tiān​shàng; Hokkien=Tian Siang Sing Bo; kantonis=Tin Hau) dikenal pula dengan sebutan Ma Zu atau Mak Co. Karena hidupnya yang sederhana dan gemar berbuat kebaikan, masyarakat memanggilnya Lin San Ren (Lin orang yang baik). Dia dikenal sebagai Dewi Laut, penolong para pelaut, serta pelindung etnis China di wilayah Selatan dan imigran di Asia Tenggara. Kultus Tian Shang Sheng Mu terutama berkembang pada wilayah pesisir pantai dimana penduduknya bergantung dengan aktivitas kelautan.
Semenjak zaman Dinasti Song sampai Dinasti Qing, tidak kurang dari 28 gelar kehormatan yang dianugerahkan oleh kerajaan kepada dia. Gelar tersebut antara lain: Fu Ren (Nyonya Agung), Tian Hou/Tian Fei (Permaisuri Surgawi), Tian Shang Sheng Mu, dan Ma Zu Po (Nenek Ma Zu).

Dewi Tian Shang Sheng Mu, atau biasa dikenal dengan sebutan Ma Zu atau Mak Co, yang berarti “Ibu yang Suci”. Ia lahir pada tanggal 23 bulan 3 penanggalan Imlek tahun Jian Long pertama pada masa pemerintahan Kaisar Tai Zu dari Dinasti Song Utara (960 Masehi) sebegai putri ke 7 dari Ayahnya yang pernah menduduki jabatan sebagai pengurus di Provinsi Fujian, bernama Lin Yuan. Tian Sheng memiliki nama kecil Lin Mo Niang. Orang-orang sering memanggilnya dengan sebutan Lin San Ren, yang artinya adalah orang yang barhati baik karena ia adalah seseorang yang selalu berbuat kebaikan. Sahabat anehdidunia.com Ma Zu juga dikenal sebagai Dewi Laut, karena ia sering menolong para pelaut dan juga ia selalu menolong dan melindungi etnis Tiongkok di wilayah bagian selatan dan para imigran di Asia Tenggara. Sayangnya, Ma Zu meninggal di usianya yang masih cukup muda, di usia ke 28 tahun 987. Beliau banyak dihormati dan dipuja sebagai Dewi, dan pemujaannya dimulai pada dinasti Song terutama di daerah Zhejiang, Fujian, Guangdong, Hainan, Taiwan, dan tempat-tempat lain di Asia Timur dan Asia Tenggara. Setiap tanggal 23 bulan 3 Imlek selalu diperingati sebagai Hari Kebesaran Tian Shang Sheng Mu (Ma Zu).

Sebutan Populer
  • Ma Zu (Hanzi: 媽祖; hokkien: Makco; lit. nenek buyut). Aksara 媽 memiliki arti ibu, aksara 祖 berarti leluhur; kakek/nenek. Nama Mazu seringkali dirujuk untuk memanggil Dewi Tian Shang Sheng Mu. untuk menunjukkan keakraban antara umat dengan sang dewi.
  • Mazu Po ( 媽祖婆) atau Mazu Popo (Nenek dari Nenek Buyut; Hanzi: 媽祖婆婆).
  • Tian Hou (Permaisuri/ Ratu Surgawi; 天后).
  • Tian Fei (Putri Langit; 天妃).
  • A Ma atau A Po (Nenek; 阿媽, 阿婆), sebuah sebutan akrab (tidak formal).
  • Tian Shang Sheng Mu, sebutan formal dari penduduk China bagian Utara dan Taiwan.
  • Tian Hou Sheng Mu (Bunda Suci Surgawi; 天后聖母), sebutan formal dari penduduk China bagian Selatan.
  • Thiên Hậu Thánh Mẫu atau bà Thiên Hậu di Vietnam, berasal dari Tian Hou Sheng Mu.

Gelar Resmi

  • Sun Ji Fu Ren (Nyonya Agung yang Memberikan Pertolongan yang Sangat Dibutuhkan). Gelar yang diberikan Kaisar Gao Zong dari Dinasti Song pada tahun 1155.
  • Hu Guo Ming Zhu Tian Fei (Putri Surgawi Pelindung Kekaisaran yang Sangat Gemilang; Hanzi: 護國明著天妃). Gelar yang diberikan pada masa Dinasti Yuan. Semenjak saat inilah Tian Shang Sheng Mu digambarkan berjubah permaisuri.
  • Bunda Suci dari Surga di Langit. Gelar diberikan tahun 1417 oleh Kaisar Yongle dari Dinasti Ming.
  • Tian Hou (Permaisuri Surgawi; 天后). Gelar dari Dinasti Qing.
  • Bunda Suci di Surga. Gelar terakhir dari Kekaisaran China yang diberikan oleh Kaisar Daoguang pada tahun 1839.

Biografi

Lin Mo Niang dilahirkan di Pulau Meizhou, provinsi fujian. Ayah dia bernama Lin Yuan yang pernah menduduki jabatan sebagai pengurus di Provinsi fujian. Dia lahir pada Imlek tanggal 23 bulan 3, tahun Jian Long pertama pada masa pemerintahan Kaisar Tai Zu dari Dinasti Song Utara (23 Maret 960) sebagai putri ke tujuh.

Masa Kecil hingga Remaja

Semenjak kecil, Lin Mo Niang telah menunjukkan kecerdasan luar biasa. Ia masuk sekolah pada usia 7 tahun dan tidak pernah lupa pada apa yang telah diajarkan padanya. Lin Mo Niang juga tekun berdoa, berbakti pada orang tua, dan suka menolong para tetangganya yang sedang kesulitan. Oleh sebab itu, dia sangat dihormati semua orang. Dia juga mahir mengobati penyakit sehingga orang-orang desa memanggilnya Ling Nu (Gadis Mukzizat), Long Nu (Gadis Naga), dan Shen Gu (Bibi Sakti).

Meskipun tinggal di tepi pantai, Lin Mo Niang baru belajar berenang saat berusia 15 tahun. Namun, dia segera menjadi perenang yang hebat. Ia mengenakan pakaian berwarna merah di tepi pantai untuk memandu kapal-kapal nelayan kembali ke rumah, sekalipun pada saat itu cuaca sedang sangat buruk serta berbahaya.

Menyelamatkan Ayah dan Saudara

Dikisahkan bahwa ayah serta saudara-saudara pria Lin Mo Niang bekerja sebagai nelayan. Suatu hari, topan yang sangat mengerikan menimpa lautan pada saat mereka sedang mencari ikan. Seluruh keluarga Lin Mo Niang sangat mengkhawatirkan nasib mereka. Satu versi mengisahkan Lin Mo Niang mengalami trance saat mendoakan nasib ayah dan saudara-saudaranya, versi lain mengisahkan ia memperoleh penglihatan akan ayah dan saudara-saudaranya yang tenggelam saat ia tertidur atau saat duduk menenun. Lin Mo Niang berusaha menolong mereka dengan kekuatan batinnya (memproyeksikan dirinya di hadapan ayah dan saudaranya), tetapi ibunya membangunkan Lin Mo Niang sehingga dia menjatuhkan kembali saudaranya. Ayah Lin Mo Niang kembali dengan selamat dan menceritakan kepada seluruh penduduk mengenai keajaiban yang ia. Versi lain tidak menyebutkan ayahnya, melainkan keempat saudaranya yang tenggelam. Lin Mo Niang menjatuhkan saudaranya yang keempat pada saat ibunya membangunkannya.

Menundukkan Qian Li Yan dan Sun Feng Er

Salah satu legenda mengisahkan bahwa Lin Mo Niang berhasil menaklukkan 2 siluman penguasa Pegunungan Tao Hua Shan. Mereka adalah Qian Li Yan (Hanyu Pinyin: ; Indonesia: Mata Seribu Li) dan Sun Feng Er (Indonesia: Telinga Hembusan Angin). Konon, keduanya jatuh cinta kepada Lin Mo Niang, tetapi dia hanya mau memilih salah satu dari mereka yang dapat mengalahkannya. Menggunakan kemampuan bela dirinya, justru kedua siluman tersebut takluk kemudian menjadi pengawal setianya.

Kematian dan Menjadi Dewi

Pada saat Lin Mo Niang berusia 28 tahun, yaitu pada masa pemerintahan Kaisar Tai Zong tahun Yongxi ke-4 (tahun 987), Imlek tanggal 16 bulan 2, dia berlayar bersama ayahnya. Di tengah lautan, perahu mereka dihantam badai hingga tenggelam. Tanpa mempedulikan keselamatannya sendiri, dia berusaha menyelamatkan sang ayah. Namun keduanya akhirnya tewas.

Kisah lain, saat berusia 28 tahun dia memanjat gunung sendirian kemudian terbang ke langit menjadi Dewi bersama dengan raganya. Dikisahkan bahwa pada pagi itu, penduduk Meizhou melihat awan berwarna-warni menyelimuti pulau. Di angkasa terdengar alunan musik merdu dan Lin Mo Niang perlahan-lahan naik ke angkasa untuk dinobatkan sebagai Dewi. Setahun kemudian, penduduk mendirikan sebuah kuil di tempat Lin Mo Niang diangkat ke surga. Kuil tersebut merupakan kuil Thian Shang Sheng Mu yang pertama didirikan di China.

Versi lain menyatakan kematian Lin Mo Niang saat ia masih berusia 16 tahun. Saat itu dia berenang jauh ke tengah laut untuk mencari ayahnya yang hilang. Namun karena kelelahan, dia meninggal dan jenasahnya disapu ombak ke tepi pantai di Pulau Nankan, Kepulauan Matsu.

Kisah dan Mukzizat

Lin Mo Niang dan Kaisar Song Hui Zong

Pada tahun 1122, Kaisar Song Hui Zong memerintah seorang menteri bernama Lu Yun Di untuk menjadi duta ke Negeri Gaoli (sekarang Korea). Rombongan tersebut terdiri atas 8 buah kapal, tetapi 7 diantaranya tenggelam akibat dihantam badai yang dahsyat.

Menteri Lu Yun yang selamat merasa takjub kemudian bertanya kepada anak buahnya, siapakah dewa yang menyelamatkan mereka. Salah seorang yang berasal dari Pu Tian menjawab bahwa ia biasa bersembahyang kepada Dewi Lin Mo Niang yang merupakan pelindungan perjalan di lautan. Lu Yun kemudian melaporkan hal tersebut kepada Kaisar Song Hui Zong.

Sebagai penghormatan dan syukur, kaisar memberi dia gelar Sun Ji Fu Ren yang berarti Nyonya Agung yang Memberikan Pertolongan yang Sangat Dibutuhkan. Kaisar juga menyumbangkan sebuah papan bertuliskan Sun Ji hasil kaligrafi dia sendiri untuk dipasang pada kuil di Meizhou.

Asal-Usul Nama Ma Zu

Kitab Tian Shang Sheng Mu Jing mengisahkan bahwa pada Dinasti Tang, ada seorang pendeta suci yang disebut Dao Yi Chan Shi' (Fujian/Hokkien: To It Sian Su). Nama asli dia adalah Ma Zu. Konon, Lin Mo Niang merupakan reinkarnasi dari pendeta ini. Huruf Ma yang merupakan nama keluarga (marga) dari sang pendeta diganti dengan huruf Ma yang berarti Ibu agar sesuai dengan Sheng Mu yang berarti Ibu yang Suci.

Kultus

Tian Shang Sheng Mu digambarkan sebagai wanita cantik yang mengenakan jubah merah bersulam serta duduk di atas tahta. Pada ukiran, dia selalu memakai pakaian kebesaran seorang permaisuri yang bertaburkan permata, memegang papan seremonial atau tongkat bertatah permata, dan mahkota khas kekaisaran (bagian atas mahkota berbentuk datar serta dihiasi butiran mutiara yang bergantung pada bagian depan dan belakangnya).


Makam Mazu di Desa Matsu

Dalam penggambaran, dia biasanya dikawal oleh kedua siluman Qian Li Yan dan Sun Feng Er. Qian Li Yan berkulit hijau kebiruan, bertanduk dua, bertaring, dan memegang tombak. Sun Feng Er berkulit merah kecoklatan, bertanduk satu, bertaring, dan memegang kapak bergagang panjang. Dikisahkan bahwa Qian Li Yan dapat melihat sejauh ribuan li sementara Sun Feng Er dapat mendengar ribuan pal.

Kultus di Daratan China

Para keluarga nelayan dan pelaut mulai berdoa kepada Lin Mo Niang semenjak kematiannya, untuk menghormati keberaniannya menyelamatkan orang-orang di lautan. Popularitasnya berkembang pesat dikarenakan perannya sebagai Ibu Pelindung yang Penyayang dan Berkuasa, dibandingkan para Raja Naga yang bersifat otoriter.

Pada masa Dinasti Song, perdagangan maritim Provinsi Fujian sangat berkembang. Para pelaut yang khawatir akan bahaya lautan selalu membawa arca Thian Shang Sheng Mu sebagai pelindung. Dikisahkan bahwa Cheng Ho juga membawa arca dia dalam ketujuh pelayarannya yang terkenal. Sudah menjadi kebiasaan para pelaut semenjak masa itu untuk menyediakan altar Tian Shang Sheng Mu dalam kapal mereka.

Kultus Tian Shang Sheng Mu menyebar dari Provinsi Fujian ke provinsi-provinsi tetangganya yaitu Zhejiang dan Guangdong. Banyak kuil-kuil untuk dia didirikan di kota-kota utama sepanjang pantai timur di China (dari utara ke selatan). Kota-kota tersebut antara lain Dandong, Yantai, Qinhuangdao, Tianjin, Shanghai, Ningbo, Hangzhou, Fuzhou, Xiamen, Guangzhou, dan Macao.

Kultus di Taiwan


Patung Mazu pada kuil di Chiyai, Taiwan.

Pada masa Dinasti Ming, bersamaan dengan banyaknya penduduk Provinsi Fujian yang merantau, kultus Tian Shang Sheng Mu memasuki Taiwan. Kuil tertua di Taiwan terletak di Kota Magong, Kepulauan Penghu. Kultus Tian Shang Sheng Mu berkembang pesat sehingga tidak kurang dari 800 kuilnya dibangun di Taiwan dan hampir dua pertiga penduduknya memiliki altarnya di rumah.
Setiap Imlek tanggal 23 bulan 3, ratusan arca Thian Shang Sheng Mu dari Taiwan diarak (Xun jing) menuju kuil pusat di Meizhou, Fujian, untuk memperingati hari kelahiran dia.
Penanggalan Imlek tanggal 23 bulan 3 tahun 1989, patung Dewi Pelindung Pelaut yang sangat terkenal didirikan di puncak Gunung Mei Feng Shan, menghadap ke Selat Taiwan.

Penyebaran Kultus Abad Ke 19-20

Penyebaran kultus Mazu dibawa oleh aliran migrasi besar-besaran penduduk China pada abad ke-19 dan 20. Setelah mencapai Taiwan, kultus Tian Shang Sheng Mu menyebar hingga Vietnam, Ryukyu, Jepang dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Peran dia sebagai Dewi Pelindung Lautan membuat para imigran segera mendirikan kuil untuknya sebagai ungkapan syukur telah tiba dengan selamat.
Para penduduk dari daerah imigrasi selanjutnya membawa kultus Mazu ke negara-negara lain. Diperkirakan kini terdapat sekitar 1500 kuil yang didedikasikan untuk Thian Shang Sheng Mu pada 26 Negara di seluruh dunia.

Kultus di Indonesa

Tian Shang Sheng Mu merupakan Dewi yang cukup terkenal di Indonesia karena dianggap sebagai Dewi pelindung para perantauan.
Ritual yang cukup terkenal diadakan oleh Klenteng Cu An Kiong di Lasem. Kirab yang disebut Ritual Sedekah Laut tersebut dilangsungkan dengan menaikkan arca Tian Shang Sheng Mu ke perahu nelayan kemudian mengaraknya keliling Pantai Lasem supaya dia memberkati keselamatan para nelayan dan penduduk pantai dari bahaya laut, khususnya bencana Tsunami.

Tian Shang Sheng Mu dan Buddhisme

Setelah masuknya ajaran Buddha di China, agama Tao dan Buddhisme saling meminjam para Dewata populer untuk menarik umat agar datang ke kuil mereka (penjelasan lebih lanjut, baca Tridarma). Umat Buddhis meyakini bahwa Tian Shang Sheng Mu merupakan inkarnasi dari Bodhisatwa Kwan Im.

Dikisahkan bahwa orang tua Lin Mo Niang berdoa kepada Kwan Im untuk memperoleh anak pria, tetapi anak mereka yang selanjutnya ternyata juga wanita. Lin Mo Niang dikatakan sangat berdevosi kepada Kwan Im selama hidupnya.

Daftar Kuil Tian Shang Sheng Mu di Dunia


Kuil Tin Hau di Nansha, Guangzhou, China


Kuil Tin Hau di Sai Kung, Hong Kong

Australia

Australia memiliki 2 kuil Mazu, yakni di Sidney dan Melbourn.

Hongkong

Hongkong memiliki sekitar 60 kuil untuk Tin Hau (Tian Shang Sheng Mu). Kuil di areal Tin Hau (sebelah timur Taman Victoria, distrik timur Pulau Hongkong) memberikan namanya kepada area serta stasiun kereta api bawah tanah di sana. Oleh karena sejarah mereka, beberapa kuil Tin Hau dimasukkan sebagai bangunan bersejarah.

Macao

Macao memiliki 3 Kuil Tin Hau di Coloane, Teluk Macao, dan Taipa. Nama Macao diperkirakan berasal dari ‘’Templo de A-Má’’ (Kuil A-Ma; Hanzi: 媽閣廟), konstruksi yang dibangun pada tahun 1448 dan didedikasikan kepada Tian Shang Sheng Mu.

China Daratan


Tian Fei Gong, Nanjing

Kuil Tian Shang Sheng Mu di China Daratan (selain Fujian) diperkirakan berjumlah lebih dari 40 kuil di Guangdong dan Hainan; lebih dari 30 kuil di Jiangsu dan Zhejiang. Kuil lain dibangun megah di Tianjin, Weihai, Yingkou, Qinhuangdong, Qingdao, Kepulauan Changdao (yang juga dikenal dengan sebutan Kepulauan Kuil karena adanya kuil Mazu di sana), dan Penglai.

Tianjin

Kuil Mazu di Tianjin dibangun pada tahun 1326 (Dinasti Yuan), merupakan kuil paling utara yang terdapat di China Daratan. Penduduk Tianjin menyebutnya Niangniang Miao (Kuil Ratu). Berlokasi di distrik Nankai, berdekatan dengan Jalan Kultur Kuno Tianjin, situs wisata utama Tianjin, dan merupakan salah satu situs wisata China. Kuil kompleks tersebut dibangun di atas areal seluas 5280 meter persegi. Kuil Mazu Tianjin digunakan sebagai salah satu pusat Taoisme di Tianjin pada tahun 1950an.

Ningbo

Etnis Fujian membangun kuil Mazu di Ningbo pada tahun 1100an, di dekat tembok pembatas dekat laut. Berdasarkan data tahun 1848, kuil tersebut terakhir direnovasi pada tahun 1680.

Nanjing

Nanjing Tian Fei Gong (Hanji: 南京天妃宫|南京天妃宫 ; Indonesia: Istana Tian Fei) didirikan oleh Kaisar Yongle (Dinasti Ming) atas saran Admiral Cheng Ho sekembalinya dari ekspedisi pertama dia. Sebelum dan setelah setiap ekspedisinya, Cheng Ho selalu berdoa di kuil tersebut untuk memohon perlindungan Mazu. Kuil ini merupakan yang terbesar dan memiliki status paling tinggi di seluruh China karena merupakan kuil kerajaan yang dibangun oleh kaisar. Kuil ini menyimpan prasasti batu yang dialasi patung kura-kura dimana terdapat tulisan yang berasal dari Kaisar Yongle. Pada tahun 1937, kuil ini sebagian besar hancur akibat bom pasukan Jepang, tetapi direnovasi pada awal abad 21 untuk memperingati 600 tahun ekspedisi Cheng Ho.

Kuil Mazu yang lebih kecil juga terdapat di Taman Galangan Kapal Harta, berlokasi di situs Galangan Kapal Longjiang, dimana kapal-kapal armada Cheng Ho dibuat.

Shanghai

Berdasarkan sejarah, terdapat 3 Kuil Tian Hou di Shanghai, tetapi semuanya telah dihancurkan. Pada masa Dinasti Qing, menjadi kebiasaan para diplomat yang hendak berangkat menempuh lautan untuk bersoa di Istana Tian Hou di kota kuno. Kuil terakhir di tepi anak sungai Suzhou direlokasikan ke Songjiang. Kuil ini kini didedikasikan untuk Mazu dari Sungai Huangpu. Kuil Dewa Kota di kota kuno juga sebagian didedikasikan untuk dia.

Fujian

Di Putian, tempat kelahiran Lin Mo Niang, terdapat ratusan kuil yang didedikasikan untuknya, termasuk sekitar 20 kuil yang terdapat di Pulau Meizhou. Di lokasi lain, terdapat sekitar 70 kuil yang didirikan di area dekat pantai.

Pulau Meizhou dianggap sebagai Mekkah masyarakat oriental. Kuilnya yang utama disebut Kuil Ratu Surgawi-Kuil Leluhur Meizhou (Hanzi: 天后宮湄洲祖廟 ).

Malaysia


Patung Mazu di Kuil Thean Hou Temple, Kuala Lumpur

Malaysia memiliki sejarah panjang Taoisme dari penduduk China wilayah selatan yang bermigrasi ke Asia Tenggara. Kuil Thean Hou (Haanzi: 馬来西亚吉隆坡天后宫) yang terkenal berlokasi di kuala lumpur, ibukota Malaysia, dan merupakan salah satu tujuan wisata. Festival ulang tahun Tian Shang Sheng Mu dirayakan di seluruh negeri.
Baru-baru ini masyarakat dan pemerintah Sabah berencana mendirikan patung Mazu yang akan menjadi patung Mazu tertinggi di seluruh dunia, berlokasi di Kudat, ujung paling utara Pulau kalimantan. Patung setinggi 10 tingkat itu diharapkan akan menarik jutaan wisatawan ke Malaysia tiap tahunnya. Namun proyek tersebut dianulir karena protes sekelompok umat beragama lain serta campur-tangan politik.
Di Kampung Tok'kong, sebuah desa terisolir di kelantan, masyarakat mengadakan ritual dan festival di Kuil Seng Choon Keong (圣春宫) demi kesehatan, kemakmuran, perlindungan, dan keamanan. Setiap Jumat, umat menemui seorang Tatung untuk berkonsultasi.

Singapura

Imigran China pada abad ke 19, terutama warga Fujian, membawa kultus Mazu ke Singapura. Dua kuil tertua dan terkenalnya adalah Tian Fu Gong (Thian Hok Keng) milik suku Hakka dan kuil Yue Hai Qing Miao (Yueh Hai Ching Bio) milik suku Teochew dan Canton.

Taiwan

Pada tahun 1980, terdapat 509 kuil yang didedikasikan untuk Mazu, hampir 7 kali lipat dari jumlah yang didata pada awal 1911. Terdapat 800 hingga 1000 kuil yang didedikasikan untuk Mazu, baik secara keseluruhan maupun sebagian. Awalnya Mazu hanya berperan kecil dalam masalah raligius di Taiwan, yaitu sebagai pelindung para nelayan, tetapi masyarakat kemudian juga berdoa untuk masalah kesehatan, karier, pertanian, jodoh, dan sebagainya. Akhirnya Mazu menjadi pelindung masyarakat Taiwan.

Berdasarkan penelitian tim peneliti Agama Asli, Universitas Provinsi di Taiwan Tengah, setiap tahunnya diadakan Xun Jing yang mendatangi setiap kuil Mazu di taiwan. Kirab terorganisasi ini dilakukan untuk menyebarkan berkat kepada para umat serta membersihkan kota dari roh jahat setiap tahunnya. Selain itu, kirab ini juga menjadi even sosial bagi umat Mazu di wilayah yang berbeda. Berikut ini merupakan kuil-kuil Mazu paling terkenal di Taiwan.
  • Kuil Chenlan (大甲鎮瀾宮 ) di distrik Daija, Taichung, merupakan kuil paling terkenal di Taiwan dan menjadi tujuan ziarah tiap Musim Semi.
  • Kuil Chaotian (朝天宮 ) di Beigang (北港鎮 ), Yunlin. Dibangun tahun 1694. Terkenal akan dekorasinya yang megah.
  • Kuil Ratu Agung Surgawi (大天后宮 ) di Kota Tainan, dibangun tahun 1664.
  • Kuil Tianhou di Cijin, Kaohsiung. Data paling tua kuil tersebut merujuk tahun 1691.
  • Kuil Tianhou di Lugang, menyimpan Gambaran Mazu yang dibawa dari China Daratan pada athun 1684.
  • Kuil Tianhou di Magong, Pulau Penghu, didirikan tahun 1593, merupakan kuil tertua di Taiwan.

Thailand

Thailand memiliki banyak kuil Mazu, terutama pada kota-kota dekat laut seperti Bangkok, Chonburi, Pattani, dan Phuket. Terdapat pula 3 kuil kecil bernama Gew Leng Thong, Sam San Tian Hew Geng, dan Keng Jew Hui Guan.

Amerika Serikat



Kuil Thien Hau


Patung Mazu di Kuil Thien Hau, Los Angeles
  • Kuil Tin Hau di San Francisco merupakan kuil Taoisme tertua di Amerika, didirikan tahun 1852. Juga terdapat Kuil Ma Tsu di Jalan Beckett Alley Nomor 30, San Fransisco.
  • Kuil Thien Hau di Pecinan Los Angeles, California. Merupakan pusat organisasi sosial kultural Camau Association of America. Kuil ini menjadi objek wisata terkenal di Pecinan semenjak selesai dibangun tanggal 5 September 2005, setelah dua tahun pembangunan, dan menghabiskan dana sebesar 2 juta dolar Amerika.

Vietnam

Penduduk Vietnam mengenal Mazu sebagai ‘’Thiên Hậu (天后).

  • Kuil Thiên Hậu didirikan pada abad 19 oleh Persekutuan Canton dari Cholon. Kini merupakan bagian dari Kota Hồ Chí Minh..
  • Pagoda Quan Am di Cholon memiliki altar untuk Mazu.
  • Pagoda Thiên Hậu Cung di Provinsi Bình Dương yang dibangun imigran dari China Daratan. Secara rutin merayakan festival Cap Go Meh

Daftar Klenteng Tian Shang Sheng Mu

  • Klenteng Cu An Kiong, Jalan Dasun, Lasem.
  • Tempat Ibadah Tri Dharma Pao Sian Lin Kong, Sumenep.
  • Kelenteng Mak Co, Rembang.
  • Klenteng Ma Zu, Tuban.
  • TITD Cao Fuk Miao, Denpasar, Bali.
  • Vihara Bodhisatva Karaniya Metta, Pontianak, Kalimantan Barat Juga disebut Kelenteng Tiga Dewa (三神宫) oleh warga Tionghoa di Pontianak.
  • Kelenteng Ma Cou Keng, Kabupaten Kubu Raya - Kalimantan Barat
  • TITD Tjoe Hwie Kiong, JL. Yos Sudarso Kediri - Jawa Timur
  • TITD Tjong Hok Kiong, Jalan Hang Tuah - Sidoarjo, Jawa Timur
  • Klenteng Ban Hin Kiong, Manado - Sulawesi Utara

** Nyi Roro Kidul **

0d6f7ab149107c9848151ab8268b0da3

Nyi Roro Kidul (juga Nyai Roro Kidul atau Nyai Loro Kidul) adalah sesosok roh atau dewi LegendarisIndonesia yang sangat populer di kalangan masyarakat Pulau Jawa dan Bali. Tokoh ini dikenal sebagai Ratu Laut Selatan (Samudra Hindia) dan secara umum disamakan dengan Kanjeng Ratu Kidul, meskipun beberapa kalangan sebenarnya keduanya berbeda.

Dalam mitologi Jawa, Kanjeng Ratu Kidul  merupakan ciptaan dari Dewa Kaping Telu yang mengisi alam kehidupan sebagai Dewi Padi (Dewi Sri) dan dewi alam yang lain. Sedangkan Nyi Rara Kidul mulanya merupakan putri Kerajaan Sunda yang diusir ayahnya karena ulah ibu tirinya. Dalam perkembangannya, masyarakat cenderung menyamakan Nyi Rara Kidul dengan Kanjeng Ratu Kidul, meskipun dalam kepercayaan Kejawen, Nyi Rara Kidul adalah bawahan setia Kanjeng Ratu Kidul.

Kedudukan Nyai Loro Kidul sebagai Ratu-Lelembut tanah Jawa menjadi motif populer dalam cerita rakyat dan mitologi, selain juga dihubungkan dengan kecantikan putri-putri Sunda dan Jawa.


Nyai Roro Kidul juga dikenal dengan berbagai nama yang mencerminkan berbagai kisah berbeda dari asal-usulnya, legenda, mitologi, dan kisah turun-temurun. Ia lazim dipanggil dengan nama Ratu Laut Selatan dan Gusti Kanjeng Ratu Kidul. Menurut adat-istiadat Jawa, penggunaan gelar seperti Nyai, Kanjeng, dan Gusti untuk menyebutnya sangat penting demi kesopanan. Orang-orang juga menyebutnya sebagai eyang (nenek). Dalam wujud sejenis Putri Duyung, ia disebut sebagai Nyai Blorong.

Terkadang orang juga menyebut namanya sebagai Nyai Loro Kidul. Bahasa Jawa loro merupakan sebuah Homograf untuk "dua - 2" dan "sakit, menderita". Sementara Bahasa Jawa rara (atau roro) memiliki arti "gadis". Seorang ortografer belanda memperkirakan terjadinya perubahan dari bahasa Jawa kuno roro menjadi bahasa Jawa baru loro, sehingga terjadi perubahan arti dari "gadis cantik" menjadi "orang sakit".

Legenda Nyi Roro Kidul Asli + Foto Penampakan Nyi Roro Kidul

Asal mula nyi roro kidul berawal dalam satu buah periode hiduplah seseorang putri berparas cantik belia bernama Kadita. Dia dipanggil Dewi Srengenge (matahari yang indah) sebab kecantikannya yang sungguh mempesona. Ayahnya ialah seseorang Raja bernama Munding Wangi. Memiliki anak yang sanagat menawan tetapi tidaklah membuatnya bahagia, dikarenakan dirinya tak menginginkan mempunyai anak wanita. Sebab keinginannya untuk memiliki anak Laki Laki, sehingga dirinya menikah lagi dengan Dewi Mutiara dan hasilnya mendapati putra yang membuatnya bahagia bukan kepalang. Akan tapi hadirnya anak laki-laki tersebut tidak menciptakan rasa sayang kepada putrinya berkurang.

Dewi Mutiara berharap putranya jadi Raja, segala upaya dilakukannya demi mewujudkan keinginannya tersebut. Dirinya pernah mengusir putri raja ke luar dari istana yang menyebabkan raja jadi murka. Raja Mundi Wangi tak akan membiarkan siapapun menyakiti putrinya. Biarpun demikian Dewi Mutiara tak patah arang, niat nya tersebut masih akan dilakukannya secara lain.

Esoknya dalam pagi hari Dewi Mutiara memerintahkan satu orang dukun untuk mengutuk Kadita. Dia memerintahkan dukun tersebut untuk menciptakan Kadita menjadi penuh kudis, jika kalau dukun tersebut sukses, sehingga dia berjanji dapat memberikan imbalan yang tidak ternilai dalam dukun itu. Hasilnya dukun menuruti perintah sang ratu. Seterusnya dalam tengah malam harinya, dirinya sukses menciptakan badan Kadita dipenuhi kudis dan gatal-gatal. Waktu Kadita terjaga, dia menyadari seluruhnya tubuhnya sudah berbau busuk yang membuat dirinya menangis histeris dan tidak mampu berbuat apa-apa.
Seketika Raja mendengar kabar itu, dia juga merasa terpukul dan amat sedih melihat kejadian yang dialami putrinya. Beragam cara dilakukannya mulai sejak dari memanggil tabib dan orang pintar yang lain untuk menyembuhkan putrinya tersebut. Raja mulai menyadari ketidakwajaran penyakit putrinya, dia tahu putrinya sudah diguna-guna oleh orang jahat. Dewi Mutiara mencoba memaksa Raja untuk mengusir putrinya sebab telah dianggap dapat mendatangkan kesialan dalam seluruh negara. Hasilnya Raja mengantarkan putrinya ke luar dari negara tersebut untuk menghindari gunjingan di semua negara. Tak ingin diantarkan sang ayah Kadita yang malang itu, hasilnya Kadita lebih memilih hidup sendirian menyebrangi lautan. Kadita benar-benar memiliki hati yang mulia, dia sama sekali tidak dendam dalam ibu tirinya.

Dalam perjalanannya hingga di Samudera Selatan, sekitar nyaris tujuh hari tujuh malam dia menempuhnya sendirian. Disana dirinya memandang lautan yang teramat jernih dan bersih yang tidak sama dengan samudera lain yang airnya berwarna hijau atau biru. Selepas itu Kadita mencoba melompat dan berenang di Samudera tersebut, seketika beliau memperoleh mukjizat. Diwaktu kulitnya menyentuh air laut, kudisnya sedikit demi sedikit hilang dan dirinya menjadi cantik kembali bahkan lebih cantik dari sebelumnya.Selain itu, sekarang ini Kadita mempunyai kekuasaan dalam Samudera Selatan. Dia dijuluki peri yang dinamakan Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan yang hidup selamanya.

Cerita di atas diambil dari buku Cerita Rakyat dari Yogyakarta. Banyak versi yang lain berkaitan Cerita Misteri Nyi Roro Kidul, salah satunya yaitu dari versi Jawa. Adapun berbagai penampakan Nyi Roro Kidul yang telah banyak beredar di internet, namun tidak terbukti karena bisa jadi itu editan orang-orang jahil.

Dalam Legenda Jawa, orang Jawa didapati mengenal istilah "telu-teluning atunggal” di mana artinya tiga sosok yang menjadi satu kebolehan. Yakni Eyang Resi Projopati, Panembahan Senopati, dan Ratu Kidul. Panembahan ialah pendiri kerajaan Mataram Islam. Panembahan Senopati dipertemukan oleh Ratu Kidul cocok tata cara Sunan Kalijaga.

Menurut ceritanya, kala Panembahan sedang bertapa, alam jadi murka. Gunung meletus, ombak agung, badai, dan gempa bumi. Diwaktu pertemuannya bersama Nyi Roro Kidul, sosok perempuan penguasa laut selatan tersebut setuju membamtu dan melindungi Kerajaan Mataram. Konon ceritanya, Nyi Roro Kidul diakui juga sebagai “istri spiritual” bagi Raja-raja Mataram Islam waktu itu.

Bagi orang Jawa, pemahaman berkaitan penguasa laut selatan yang berkembang di penduduk Sunda mesti diluruskan. Bagi mereka antara “Rara kidul” dgn “Ratu kidul” ialah tidak sama. Dalam kepercayaan Kejawen, alam kehidupan itu terbagi jadi sekian banyak step, ialah alam Kadewan, alam Nabi, alam Wali, alam Menungsa (Manusia),dan yang mendatang ialah alam Adil.

Menurut mitologi Jawa, Ratu Kidul ialah ciptaan dari Dewa Kaping telu yang isi alam kehidupan juga sebagai Dewi Padi (Dewi Sri) dan dewi alam yang lain. Sementara Rara Kidul ialah Putri dari Raja Sunda yang telah disuri dikarenakan ulah dari ibu tirinya dan menjelma jadi sosok penguasa sesudah menceburkan diri ke laut selatan.

Bagi masyarakat Jawa, pasti tidak asing lagi dengan mitos penguasa pantai selatan, yakni Nyi Roro Kidul. Beberapa ada yang mempercayai bahwa Ratu Pantai Selatan ini ada dan banyak cerita-cerita mengenai hadirnya sosok Nyi Roro Kidul ini dalam beberapa versi. Dalam cerita mitologi Jawa, Nyi Roro Kidul awal mulanya adalah seorang putri dari Kerajaan Sunda yang diusir oleh Ayahnya karena ulah dari ibu tirinya. Ia dianggap sangat sakral. Masyarakat juga banyak yang percaya mengenai adanya mitos larangan mengenakan pakaian berwarna hijau saat berada di pantai. Sahabat anehdidunia.com jika ada yang melanggar, ia akan mendapat kesialan karena warna hijau dianggap sebagai warna kesukaan Nyi Roro Kidul. Tidak ada yang boleh mengenakan pakaian berwarna hijau di sepanjang pantai selatan Jawa. Mitosnya lagi, mereka juga akan menjadi sasaran Nyi Roro Kidul untuk dijadikan pelayannya. Namun menurut logika, larangan mengenakan pakaian hijau ini karena air laut yang ada di daerah pantai selatan warnanya cenderung hijau. Sehingga jika ada yang tenggelam, mereka akan sulit untuk ditemukan. Entah bagaimana cerita dan mitos-mitosnya, percaya atau tidak, semua tergantung persepsi masing-masing.


Dalam dunia modern ini, masih ada yang mempercayai beberapa mitos adanya penguasa lautan, yang katanya ia adalah seseorang yang menjaga wilayah pantai dan lautan. Entah bagaimana kebenarannya, masyarakat tetap menganggap hal tersebut sakral dan masih dihargai kepercayaan-kepercayaan tentangnya. Beberapa cerita diatas menunjukkan masih ada cerita dalam beebrapa versi yang dipercaya oleh orang-orang, serta adanya cerita mistis di dalamnya. Bahkan seperti kepercayaan terhadap Ratu PantI Selatan, ada yang menganggap hala tersebut sakral dan perlu diberi pemujaan pada hari-hari tertentu.

Masyarakat Sunda mengenal legenda mengenai penguasa spiritual kawasan Laut Selatan Jawa Barat yang berwujud perempuan cantik yang disebut Nyi Rara Kidul. Legenda yang berasal dari Kerajaan Sunda Pajajaran berumur lebih tua daripada legenda Kerajaan Mataram Islam dari abad ke-16. Meskipun demikian, penelitian atropologi dan kultur masyarakat Jawa dan Sunda mengarahkan bahwa legenda Ratu Laut Selatan Jawa kemungkinan berasal dari kepercayaan animistik prasejarah yang jauh lebih tua lagi, dewi pra-Hindu-Buddha dari samudra selatan. Ombak samudera hindia yang ganas di pantai selatan Jawa, badai serta terkadang tsunaminya, kemungkinan telah membangkitkan rasa hormat serta takut terhadap kekuatan alam, yang kemudian dianggap sebagai alam spiritual para dewata serta lelembut yang menghuni lautan selatan yang dipimpin oleh ratu mereka, sesosok dewi, yang kemudian diidentifikasikan sebagai Ratu Kidul.

Salah satu cerita rakyat Sunda menceritakan Dewi Kandita atau Kadita, putri cantik dari Kerajaan Sunda Pajajaran di Jawa Barat, yang melarikan diri ke lautan selatan setelah diguna-gunai. Guna-guna tersebut dikeluarkan oleh seorang dukun atas perintah saingannya di istana, dan membuat putri tersebut menderita penyakit kulit yang menjijikkan. Ia melompat ke lautan yang berombak ganas dan menjadi sembuh serta kembali cantik. Para lelembut kemudian mengangkatnya menjadi Ratu-Lelembut Lautan Selatan yang legendaris.

Versi yang serupa adalah Dewi Kandita, putri tunggal Raja Munding Wangi dari Kerajaan Pajajaran. Karena kecantikannya, ia dijuluki Dewi Srêngéngé (lit. "Dewi Matahari"). Meskipun mempunyai seorang putri yang cantik, Raja Munding Wangi bersedih karena ia tidak memiliki putra yang dapat menggantikannya sebagai raja. Raja kemudian menikah dengan Dewi Mutiara dan mendapatkan putra dari pernikahan tersebut. Dewi Mutiara ingin putranya dapat menjadi raja tanpa ada rintangan di kemudian hari, sehingga ia berusaha menyingkirkan Dewi Kandita. Dewi Mutiara menghadap Raja dan memintanya untuk menyuruh Kadita pergi dari istana. Raja berkata bahwa ia tidak akan membiarkan siapapun yang ingin bertindak kasar pada putrinya. Mendengar jawaban itu, Dewi Mutiara tersenyum dan berkata manis sampai Raja tidak marah lagi kepadanya.
Keesokan harinya, sebelum matahari terbit, Dewi Mutiara mengutus pembantunya untuk memanggil seorang tukang tenung. Dia menyuruh sang dukun untuk meneluh Kadita. Pada malam harinya, tubuh Kadita gatal-gatal dipenuhi kudis, berbau busuk dan penuh bisul. Ia menangis tak tahu harus berbuat apa. Raja mengundang banyak tabib untuk menyembuhkan Kandita serta sadar bahwa penyakit tersebut tidak wajar, pasti berasal dari guna-guna. Ratu Dewi Mutiara memaksa raja mengusir puterinya karena dianggap akan mendatangkan kesialan bagi seluruh negeri. Karena Raja tidak menginginkan puterinya menjadi gunjingan di seluruh negeri, ia terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara untuk mengirim putrinya keluar dari negeri mereka.

Kandita pergi berkelana sendirian tanpa tujuan dan hampir tidak dapat menangis lagi. Ia tidak dendam kepada ibu tirinya, melainkan meminta agar Sanghyang Kersa mendampinginya dalam menanggung penderitaan. Hampir tujuh hari dan tujuh malam, akhirnya ia tiba di Samudera Selatan. Air samudra itu bersih dan jernih, tidak seperti samudera lain yang berwarna biru atau hijau. Tiba-tiba ia mendengar suara gaib yang menyuruhnya terjun ke dalam Laut Selatan. Ia melompat dan berenang, air Samudera Selatan melenyapkan bisulnya tanpa meninggalkan bekas, malah ia semakin cantik. Ia memiliki kuasa atas Samudera Selatan dan menjadi seorang dewi yang disebut Nyi Roro Kidul yang hidup abadi. Kawasan Pantai Palabuhanratu secara khusus dikaitkan dengan legenda ini.


Legenda dan kepercayaan

Patih tentara laut selatan

Nyi Roro Kidul dipercaya menjabat sebagai patih Kanjeng Ratu Kidul yang memimpin bala tentara makluk halus di laut selatan. Kiai Iman Sampurno dari Blitar, Jawa Timur (abad ke-19) mengeluarkan ramalan bahwa Nyi Roro Kidul dan Sunan Lawu akan memimpin bala tentara masing-masing akan menyebarkan wabah kepada para manusia berkelakuan buruk.

Nyi Roro Kidul dan Nyi Blorong

Nyai Loro Kidul terkadang digambarkan berwujud Putri Duyung dengan tubuh bagian bawah berwujud seekor ular atau ikan ,terkadang pula digambarkan sebagai wanita yang amat cantik. Ia dipercaya mengambil jiwa siapapun yang ia inginkan. Terkadang ia disebut memiliki wujud ular. Kepercayaan ini mungkin berasal dari legenda tentang putri Pajajaran yang menderita penyakit lepra. Penyakit kulit yang dialami putri tersebut kemungkinan dianggap sama seperti ular yang berganti kulit.

Nyi Roro Kidul dan Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga memiliki hubungan mendalam dengan Nyai Loro Kidul karena aspek yang sama, yaitu air (dalam bahasa jawa, kali memiliki arti "sungai"). panembahan senopati (1584–1601), pendiri ekspansi imperial Mataram, mencari dukungan dewi dari Samudra Selatan (Kannjen Ratu Kidul  dan Nyai Loro Kidul) di Pemancinang, selatan Jawa, untuk menjadi pelindung khusus keluarga bangsawan Mataram. Ketergantungan Senopati pada Sunan Kalijaga dan Nyai Loro Kidul menurut catatan sejarah mencerminkan ambivalen Dinasti Mataram terhadap Islam dan kepercayaan asli Jawa.

Larangan Berpakaian Hijau

Terdapat kepercayan lokal bahwa jika mengenakan pakaian berwarna hijau akan membuatnya sehingga membuat pemakainya tertimpa kesialan, karena hijau adalah warna kesukaannya. Warna hijau laut (gadhung m'lathi dalam bahasa jawa) adalah warna kesukaan Nyi Roro Kidul dan tidak boleh ada yang memakai warna tersebut di sepanjang pantai selatan Jawa. Peringatan selalu diberikan kepada orang yang berkunjung ke pantai selatan untuk tidak mengenakan pakaian berwarna hijau. Mitosnya mereka dapat menjadi sasaran Nyai Rara Kidul untuk dijadikan tentara atau pelayannya (budak). Secara logika, alasan tersebut muncul karena air laut pada daerah pantai selatan warnanya cenderung kehijauan sehingga korban tenggelam yang mengenakan pakaian hijau akan sulit ditemukan.
Serat Chentini menyebut bahwa Gusti Kanjeng Nyai Rara Kidul memiliki kampuh gadhung mlathi atau "kain dodot panjang berwarna hijau dan tengahnya putih" yang berperada emas.

Sarang burung walet

Nyai Loro Kidul adalah dewi pelindung pengumpul sarang burung di selatan Jawa. Para pengumpul menuruni tebing menggunakan tali serabut kelapa hingga sekitar ketinggian sembilan meter (30 kaki) di atas permukaan laut. Disana, mereka menunggu arus ombak di atas teras bambu, kemudian terjun dan terbawa arus masuk ke gua. Dalam kegelapan total, mereka mengambil sarang burung dan memasukkan dalam tas mereka. Perjalanan pulang juga sangat berbahaya dan membutuhkan waktu yang tepat, agar tidak terbawa ombak yang ganas.
Sarang burung Jawa merupakan salah satu sarang burung terbaik di dunia. Sup sarang burung yang dipasarkan di China, Thailand, Malaysia, dan Singapura didedikasikan kepada Nyai Loro Kidul, demikian menurut tulisan Sultan Agung. Terdapat tiga jenis panen, yaitu Unduan-Kesongo (April), Unduan-Telor (Agustus, terbanyak), dan Unduan-Kepat (Desember). Rongkob dan Karang Bolong yang terdapat di pantai selatan Jawa Tengah terkenal sebagai tempat mengumpulkan sarang burung walet (disebut Salanganen atau Collocalia fuciphaga). Proses panen terkenal karena juga dilakukan pertunjukan wayang serta tarian ritual yang diiringi musik gamelan. Setelah panen selesai, masyarakat memberikan persembahan yang disebut "Ranjang Nyai Loro Kidul". Persembahan tersebut digantung bersama dengan kain batik dan cermin yang diletakkan di atas bantal berwarna hijau.













Semoga bermanfaat...

Terima Kasih Sudah Berkunjung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar