Mola-mola, Ikan Raksasa yang Menggemaskan


Mola-mola atau biasa disebut Sunfish berasal dari Bahasa Latin “millstone” yang artinya batu gerinda. Julukan ini diberikan karena bentuk tubuhnya yang menyerupai batu dengan warna abu-abu. Teksturnya kasar dan bentuk badannya bulat.

Sementara, nama Sunfish yang berarti ikan matahari ini diberikan karena kegemarannya berjemur. Ikan ini memang alergi air dingin meski hidupnya di laut. Caranya, ia naik ke permukaan air laut yang tidak terlalu dalam dan berjemur sembari tiduran setelah menyelam hingga kedalaman 600 meter.

Sinar matahari ini diperlukan untuk menghangatkan tubuhnya hingga mencapai suhu yang ideal. Para peneliti percaya, kebiasaannya itu merupakan metode pemanasan sebelum ia menyelam ke laut yang lebih dalam dan dingin. Maklum, mola-mola tidak akan bisa hidup di bawah suhu 12 derajat Celcius.


Berjemur, selain berfungsi menghangatkan tubuh, nyatanya sangat penting bagi mola-mola. Di kulitnya, terdapat parasit yang otomatis harus dihilangkan. Dengan berjemur, ikan-ikan terumbu karang akan mendekat dan memakan parasit tersebut. Sementara, burung-burung laut yang datang mengerubuti akan mematuk parasit itu.



              Mola-mola memiliki berat rata-rata 2,2 ton dan tersebar di perairan hangat di dunia.



Mola-mola merupakan ikan bertulang terberat di dunia yang rata-rata beratnya 2,2 ton, bahkan pernah tercatat hingga 5,1 ton. Panjangnya sekitar 3-4 meter. Tidak seperti kebanyakan ikan, mola-mola justru tidak mempunyai sirip ekor. Tapi, ia memiliki sirip menyambung dari atas sampai ke bagian bawah perut yang disebut calvus.


Dengan kata lain, jika umumnya sirip ikan berada di kiri dan kanan tubuhnya, sirip mola-mola berada di atas dan bawah. Nah, saat muncul ke permukaan laut, sirip atasnya ini sering dianggap sebagai sirip hiu. Padahal bukan. Pastinya, sirip tersebut sangat mendukung bentuk badannya yang bulat dan pipih.

                                Mola-mola yang begitu bersahabat dengan para penyelam.

Fakta unik lainnya, dibalik ukuran tubuhnya yang jumbo dan menyeramkan namun, mola-mola bukanlah ikan berbahaya. Ia sering mendekati manusia yang sedang menyelam dengan gerakannya yang tenang dan lenggak-lenggok. Bukan untuk menakuti terlebih memangsa, tetapi hanya ingin bersahabat.

Makanan utamanya adalah ubur-ubur, kepiting, zooplankton, dan tumbuhan mikroskopis yang tidak terlihat mata kita. Ini disesuaikan dengan ukuran mulutnya yang kecil, sehingga dari mulut itu pula mola-mola memakan dan mengeluarkan lagi makanannya berulang sebelum ditelan.

                Rangka mola-mola yang tersimpan di Museum of Natural History Vienna, Austria.

Meski tubuhnya besar, namun mola-mola menghadapi sejumlah ancaman juga dalam hidupnya. Pertama, ia sering tersangkut baling-baling kapal cepat karena gerakan renangnya yang lambat. Kedua, sampah plastik mirip ubur-ubur yang bertebaran di laut sering membuatnya salah melahapnya. Tak jarang, mola-mola mati tersedak akibat plastik itu. Ketiga, perburuan mola-mola masih terjadi karena dianggap sebagai makanan lezat meski sudah ada pelarangan oleh Uni Eropa. Bahaya lainnya, rusaknya terumbu karang akibat pengeboman ikan tentunya berpengaruh bagi kehidupan mola-mola.

Di dunia, mola-mola tersebar merata di seluruh perairan hangat. Di Perancis, Jerman, Belanda, Portugal, dan Rusia ia dipanggil “Moon Fish” karena bentuknya yang menyerupai bulan. Di Indonesia, mola-mola bisa ditemukan di perairan Nusa Penida, Bali yang kemunculannya sekitar Juli hingga September. Saat itu, para penyelam dari penjuru dunia akan datang untuk melihatnya.


















Terima kasih sudah berkunjung...
semoga bermanfaat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar